Asuhan Keperawatan pada An“Z” dengan Kasus Post Op Fraktur Nasal di Ruang Perawatan Melati Bawah RSUD Hajjah Andi Depu Polewali Mandar
Abstract
Latar Belakang : Fraktur os nasal dapat diklasifikasikan sebagai fraktur terbuka atau tertutup. Identifikasi awal dan penanganan trauma di awal periode penting untuk menghindari komplikasi dari fraktur. Pemastian tidak adanya hematoma penting untuk menghindari kerusakan lebih lanjut dan menghindari komplikasi antara lain kompresi jaringan serta infeksi yang berbahaya (Efiaty,2019) Tujuan dari penelitian ini adalah dapat memperoleh pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien Post Op Fraktur Nasal di ruang Melati bawah RSUD Hajjah Andi Depu Polewali Mandar. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus yang dilakukan melalui pendekatan proses keperawatan yang meliputi 5 tahap yaitu, proses pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan, menyusun perencanaan tindakan, implementasi Tindakan keperawatan yang telah direncanakan, dan melakukan evaluasi terhadap Tindakan yang telah dilakukan. Teknik pengumpulan data melalui observasi, auto anamneses, allo anamneses dan pemeriksaan fisik. Hasil pengkajian didapatkan beberapa data yaitu nyeri pada hidung nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk, pasien nampak menahan sakit, pasien nampak meringis, skala nyeri 3 (0-5). nyeri hanya muncul pada saat beraktivitas atau membalikkan badan,Pasien mengatakan mual dan muntah, pasien mengatakan pada hidung terdapat luka jahitan, pasien nampak meringis, pasien mengatakan pusing, hidung pasien nampak bengkak kemerahan, hidung nampak tertutup balutan perban. Tanda-tanda vital tekanan darah: 120/70 mmHg, nadi : 88x/menit, pernapasan : 36 x/menit, Suhu : 36 ̊C. SpO2: 99%. Diagnosa keperawatan yang sesuai pada kasus ini adalah nyeri akut b/d agen pencedera fisik, ketidakseimbangan nutrisi b/d anoreksia mual, dan resiko infeksi b/d kerusakan jaringan lunak. Rencana keperawatan disusun untuk mengatasi masalah pasien dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan masalah nyeri akut, ketidakseimbangan nutrisi, dan resiko infeksi. Implementasi keperawatan dilaksanakan berdasarkan intervensi yang telah disusun. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa setelah pelaksanaan asuhan keperawatan selama 3 hari, maka masalah yang terjadi dapat teratasi ditandai dengan diperoleh data subjektif pasien mengatakan nyeri pasien sudah berkurang, pasien namapak sudah membaik. Terdapat satu diagnosa keperawatan yang yang lazim muncul dalam kasus post operasi fraktur nasal namun tidak aktual untuk ditegakkan pada kasus, yakni diagnosa risiko infeksi. Hendaknya setiap implementasi keperawatan senantiasa didasari dengan bukti ilmiah yang mendukung dan sesuai dengan kebutuhan klien, sehingga asuhan keperawatan yang diberikan dapat terlaksana secara optimal.