Hubungan Konsumsi Garam Beryodium Dengan Kejadian Anemia Dan Kekurangan Yodium Pada ibu Hamil Di Kabupaten Majene

Authors

  • Darmin Dina Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Bangsa Majene
  • Ahmad Rifai

DOI:

https://doi.org/10.56467/jptk.v8i1.340

Keywords:

Kehamilan; Anemia; Garam Beriodium, IUE

Abstract

ABSTRAK

 

Latar belakang: Periode kehamilan merupakan fase dimana metabolisme energi mengalami peningkatan, hal ini disebabkan karena peningkatan kebutuhan energi dan zat gizi tertentu lainnya juga mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, perubahan komposisi serta proses metabolisme tubuh ibu, sehingga jika terjadi kekurangan gizi dapat mengakibatkan proses pertumbuhan janin tidak sempurna (Sukarni K. Incesmi dan Margareth ZH, 2013). Kehamilan merupakan peristiwa yang membuat seorang wanita merasa sempurna, dimana kehamilan ini dimulai dari proses fertilisasi (konsepsi) sampai kelahiran bayi. Usia kehamilan berkisar 266-280 hari atau 37-40 minggu, berbagai permasalahan yang dialami ibu selama proses kehamilan salah satunya adalah anemia (Hardiansyah,2014). Menurut WHO > 40% wanita hamil mengalami anemia di dunia. Dan menurut Riskesdas 2018 kejadian anemia pada ibu hamil terus mengalami peningkatan. Anemia yang terjadi pada saat kehamilan dapat berpengaruh terhadap perkembangan janin yang ada di rahim Ibu. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar iodium dalam garam dan kejadian anemia dengan kadar iodium dalam urine Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif Desain penelitian adalah cross-sectional, dengan populasi sebanyak 386 ibu hamil dan sampel sebanyak 200 ibu hamil dengan usia kehamilan trimester I dan trimester IISampel diperoleh dengan metode purposive sampel . Pengumpulan data karakteristik keluarga dilakukan dengan menggunakan quesioner, data hb diperoleh dengan metode homecue yang menggunakan alat ukur easy touche, Kadar iodium dalam garam menggunakan metodetitrimetrik, sedangkan IUE dengan menggunakan metode spektrofotometri. Data dianalisis dengan menggunakan uji chi-square Hasil menunjukkan bahwa kadar IUE 100-150 lebih banyak pada ibu hamil yang mengkomsumsi garam < 30 ppm (74,1%) sedangkan yang mengkomsumsi garam ≥ 30 ppm sebanyak (55,4%) dan terdapat hubungan antara kadar iodium dalam garam dengan kadar IUE (p<0,05). kadar IUE 100-150 lebih banyak pada ibu hamil yang mengalami anemia (73,8%) sedangkan yang tidak anemia sebanyak (57,1%) dan terdapat hubungan antara kadar Hb dengan kadar IUE (p<0,05). Kesimpulan : Ada hubungan antara kadar iodium dalam garam dan kejadian anemia dengan kadar iodium dalam urine.

 

 

Kata kunci : Kehamilan; Anemia; Garam Beriodium,IUE

References

REFERENSI

1. Gernand, AD, Schulze, KJ, Stewart, CP, Barat, KP, & Christian, P. (2016). Defisiensi mikronutrien pada kehamilan di seluruh dunia : Dampak dan pencegahan terhadap kesehatan. Tinjauan Alam Endokrinologi, 12(5), 274– 289.https://doi.org/10.1038/nrendo.2016.37
2. Christian, P., Kim, J., Mehra, S., Shaikh, S., Ali, H., Shamim, AA, … West, KP (2016). Pengaruh suplementasi beberapa mikronutrien prenatal terhadap pertumbuhan dan kognisi hingga usia 2 tahun di pedesaan Bangladesh: Uji Coba JiVitA-3. Jurnal Nutrisi Klinis Amerika, 104(4), 1175–1182.
3. Charoenratana, C., Leelapat, P., Traisrisilp, K., & Tongsong, T. (2016). Kekurangan yodium ibu dan hasil kehamilan yang merugikan. Gizi Ibu dan Anak, 12(4), 680–687
4. Abel, MH, Caspersen, IH, Meltzer, HM, Haugen, M., Brandlistuen, RE, Aase, H., Alexander, J., Torheim, LE, & Brantsæter, AL (2017). Asupan yodium ibu yang kurang optimal dikaitkan dengan gangguan perkembangan saraf anak pada usia 3 tahun dalam studi kohort ibu dan anak di Norwegia. Jurnal Nutrisi, 147, 1314–1324.https://doi.org/10.3945/jn.117.250456.
5. Abel, MH, Caspersen, IH, Meltzer, HM, Haugen, M., Brandlistuen, RE, Aase, H., Alexander, J., Torheim, LE, & Brantsæter, AL (2017). Asupan yodium ibu yang kurang optimal dikaitkan dengan gangguan perkembangan saraf anak pada usia 3 tahun dalam studi kohort ibu dan anak di Norwegia. Jurnal Nutrisi, 147, 1314–1324.https://doi.org/10.3945/jn.117.250456
6. Abu-Saad, K., & Fraser, D. (2010). Gizi ibu dan hasil kelahiran. Tinjauan Epidemiologi, 32(1), 5–25.https://doi.org/10.1093/epirev/mxq001
7. Survei Berbasis Komunitas tentang Prevalensi Defisiensi Yodium pada Wanita Hamil di Wilayah Kota Benggala Barat, India. Jurnal Pengobatan dan Penelitian Neonatal India, 4(4), 10–
13.https://doi.org/10.7860/IJNMR/2016/23105.2194
8. Adamo, AM, & Oteiza, PI (2010). Defisiensi seng dan perkembangan saraf: Kasus neuron. BioFaktor, 36(2), 117–124.https://doi.org/10.1002/biof.91
9. Adhikari, BK, Koirala, U., Lama, S., & Dahal, P. (2012). Situasi Defisiensi Zat Besi dan Penatalaksanaannya yang Memprioritaskan Intervensi Pola Makan di Nepal. Jurnal Epidemiologi Nepal, 2(2), 180– 190.https://doi.org/10.3126/nje.v2i2.6573
10. Agasa, SB, & Kadima, J. (2017). Efektivitas Bubuk Multi Mikronutrien UNICEF terhadap Angka Stunting Anak dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya di Kisangani Efektivitas Bubuk Multi Mikronutrien UNICEF terhadap Angka Stunting Anak dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya di Kisangani. Jurnal Nutrisi & Keamanan Pangan Eropa,


(September).https://doi.org/10.9734/EJNFS/2017/36276
11. Akombi, BJ, Agho, KE, Hall, JJ, Merom, D., Astell-Burt, T., & Renzaho, AMN (2017). Stunting dan stunting parah pada anak di bawah 5 tahun di Nigeria: Analisis bertingkat. BMC Pediatri, 17(1), 1–16.https://doi.org/10.1186/s12887- 016-0770-z
12. Allen, LH (1994). Malnutrisi Mikronutrien Ibu: Pengaruhnya terhadap ASI dan Gizi Bayi, serta Prioritas Intervensi. Dipublikasikan, 11.
13. Allen, LH (2005). MMS pada kehamilan dan menyusui: gambaran umum. Am J Clin Nutr, 81:1206S–1(Mei), 1206–1212. https://doi.org/81/5/1206S [pii].
14. Almatsier, S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
15. Alwi, Muhammad Khidri; Tidur siang, Hamka; Haju, Veni; Thaha, Abdul Razak; Juliani, SY (2019). Kajian Efektivitas Program Taburia (Zat Multi Gizimikro) pada Anak Usia 6-24 Bulan di Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Penelitian & Pengembangan Kesehatan Masyarakat India, 10(5), 564–569.
16. Ali-Baya G, Zenile E, Aikins BO, Amoaning RE, Simpong DL, Adu P. Kesepakatan hemoglobin-hematokrit yang buruk pada populasi orang dewasa yang tampaknya sehat; sebuah studi cross-sectional di Cape Coast Metropolis, Ghana. Jil. 7, Heliyon. 2021.
17. Ames, BN (2006). Asupan mikronutrien yang rendah dapat mempercepat penyakit degeneratif akibat penuaan melalui alokasi mikronutrien yang langka melalui triase. Prosiding Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional, 103(47), 17589–17594.https://doi.org/10.1073/pnas.0608757103
18. Ames, BN, Atamna, H., & Killilea, DW (2005). Kekurangan mineral dan vitamin dapat mempercepat pembusukan mitokondria akibat penuaan. Aspek Molekuler Kedokteran, 26(4–5 SPEC. ISS.), 363– 378.https://doi.org/10.1016/j.mam.2005.07.007
19. Andersen, HS, Perjudian, L., Holtrop, G., & McArdle, HJ (2007). Pengaruh kekurangan tembaga pada metabolisme zat besi pada tikus hamil. Jurnal Nutrisi Inggris, 97(2), 239–246.https://doi.org/10.1017/S0007114507239960
20. Azzeh, F., & Refaat, B. (2020). Kecukupan yodium pada usia reproduksi dan ibu hamil yang tinggal di wilayah Barat Arab Saudi. BMC Kehamilan dan Persalinan, 20(370), 1–12.https://doi.org/10.1186/s12884-020-03057-w
21. Bhandari, N., Bahl, R., Nayyar, B., Khokhar, P., Rohde, JE, & Bhan, MK (2001). Suplementasi makanan dengan dorongan untuk memberikannya kepada bayi usia 4 hingga 12 bulan memiliki dampak kecil terhadap penambahan berat badan. Jurnal Nutrisi, 131(7), 1946– 1951.https://doi.org/10.1093/jn/131.7.1946.

Downloads

Published

2025-01-09